Friday, February 26, 2016

Metode – Metode Menghilangkan Kesalahan Dalam Suatu Analisis


Dalam suatu analisis seringkali terdapat kesalahan dalam prakteknya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk menghilangkan atau mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dalam suatu analisis.
Sebenarnya,  dalam upaya untuk menghilangkan dan mengurangi kesalahan dalam analisis diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih metode yang tepat. Karena setiap metode sendiri sudah diatur penggunaannya dalam analisis.  Oleh karena itu berikut saya akan uraikan metode  - metode tersebut sehingga akan lebih mudah diketahui oleh anda penggunaanya:

  1. Kalibrasi Alat Dan Koreksi
Kalibrasi Alat biasanya dilakukan baik pada peralatan gelas maupun peralatan instrumen. Pada peralatan gelas terdapat aturan sendiri  untuk mengkalibrasi alat tersebut sedangkan pada kalibrasi alat instrumen biasanya kalibrasi sudah terdapat adalam aturan penggunaan alat instrumen tersebut. Kalibrasi pada alat ukur gelas digunakan utuk menghindari kesalahan volume maupun massa apada kondisi tertentu sehingga diperlukan suatu kalibrasi yang digunakan untuk menentukan volume maupun massa sebenarnya yang terdapat pada alat untuk lebih jelasnya akan saya jelaskan mengenai kalibrasi alat ukur gelas pada postingan selanjutnya. Kalibrasi pada alat instrumen digunakan untuk menghindari kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh kerusakan alat.
  
2.  Penetapan Blanko 

Selain oleh kesalahan alat, kesalahan juga bisa disebabkan oleh reagen atau pelarut yang digunakan dalam analisis. Contoh dari kasus ini adalah bila kita ingin menentukan konsentrasi Cl- dalam suatu larutan akan tetapi karena dikhawatirkan Cl- yang terdapat dalam larutan banyak, maka dilakukan pengenceran terlebih dahulu untuk menentukan Cl- karena alat yang digunakan untuk menentukan kadar Cl- sendiri rangenya terbatas dan kecil (tidak bisa mengukur Cl- dalam konsentrasi tinggi). Maka kita akan mengencerkan sampel yang mengandung Cl- menggunakan pelarut misal  aquadest. Ternyata aquadest yang kita gunakan mengandung Cl- maka dari sini kita bisa simpulkan bahwa Cl- yang kita dapatkan  nantinya bahwa hasil pengukuran yang didapatkan  (yang telah diencerkan dengan aquadest) tidak akurat hasilnya, karena bertambah kandungan Cl- nya dari aquadestnya. Oleh karena itu digunakanlah blanko yang berfungsi untuk mengetahui Cl- yang terdapat dalam pelarut (misal aquadest)  + reagen ( tanpa sampel). Dengan begitu kita simpulkan bahwa analisis dilakukan terhadap:
1.       Reagen + Pelarut (Blanko)
2.       Sampel + Reagen + Pelarut

Biasanya metode ini digunakan oleh alat-alat instrumen seperti spektrofotometer. Oleh karenanya tidak aneh jika kita menggunakan alat spektrofotometer harus mengukur blankonya terlebih dahulu baru pengukuran sampel.

Pada pengukuran blanko kita tidak akan mendapatkan konsentrasi blanko pada alat melainkan menstandarkan alat bahwa larutan blanko tersebut nilainya 0, sehingga pada saat pengukuran sampel yang  terjadi adalah otomatis konsentrasi yang didapatkan adalah pengurangan antara konsentrasi zat total yang terukur dengan konsentrasi zat pada blanko. Lalu dapat disimpulkan diakhir bahwa konsentrasi zat yang didapatkan merupakan konsentrasi zat pure dari sampel (tanpa ada tambahan dari pengaruh kandungan pelarut maupun reagent.
Selain alat – alat instrumen ada juga penggunaan blanko diterapkan dalam analisis titrimetri.. Hayoo ada yang tau ga? Coba ingat-ingat

3. Penetapan Pengawasan 

Agak sulit sebenarnya menjelaskan yang satu ini, tapi saya akan coba menjelaskannya.. Semoga mengerti J
Jadi pada penetapan pengawasan dilakukan pada kondisi seidentik mungkin menggunakan standar. Dan pada analisis ini digunakan standar dimana  konstituen atau kandungan yang diukur pada sampel sama dengan standar. Untuk lebih jelasnya saya akan menggunakan contoh:

Suatu standar x jika dipipet 10 mL dan ditirasi dan didapat hasil volumenya 5 mL maka dapat disimpulkan bahwa kandungan z yang terdapat pada standar adalah 1000ppm. Oleh karena itu dipipetlah suatu sampel a sebanyak 10 mL ( bobot  antara sampel dan standar harus sama) menghasilkan volume 2 mL . Maka akan didapat kandungan z yang terdapat dalam sampel dengan rumus:
                5 mL                                                       =             1000 ppm
                2 mL                                                       =             x
                5 mL . x                                                 = 1000 ppm. 2 mL
                                X                                             = 2000 ppm .mL : 5 mL
                                X                                             = 400 ppm
Nah kira – kira seperti itu contoh penetapan pengawasan.
Untuk selanjutnya ada metode – metode lain dalam upaya mengurangi / memperkecil kesalahan yang akan dibahas di Part 2 hehe... 

4   Analisis Tak Bergantungan (Part 2)
5.       Penetapan Paralel (Part 2)
6.       Adisi Standar (Part 2)
7.       Standar Internal (Part 2) 
8.       Metode Amplifikasi (Part 2)

No comments:

Post a Comment

Harap menggunakan bahasa yang sopan