Sunday, April 30, 2017

Teknik - Teknik Dalam Titrasi



Sebenarnya teknik - teknik dalam titrasi sendiri ada beberapa jenis, tidak semua titrasi dilakukan dengan menggunakan teknik yang sama. Ada beberapa teknik yang dilakukan karena beberapa alasan dalam penelitian seperti sample yang tidak bisa bereaksi langsung dengan titer nya ( larutan di buret ) atau dengan alasan sample tidak stabil sehingga harus dilakukan penambahan pereaksi, dan pereaksi ini yang akan bereaksi dengan titernya. Berikut ini saya akan menjelaskan lebih rincinya..

1. Direct Titration ( Titrasi Langsung )
     Titrasi ini merupakan titrasi yang umumnya digunakan karena titran akan bereaksi langsung dengan titernya, sehingga TE merupakan titik dimana sample bereaksi sempurna dengan titer dan menghasilkan TA.
Rumus yang umumnya dipakai dalam titrasi ini adalah
Ek sample = Ek titer

     Contoh titrasi ini adalah titrasi asam basa (penentuan konsentrasi HCl,NaOH), Titrasi Argentometri, etc.

2. Titrasi Tidak Langsung
    Seperti namanya, titrasi ini dilakukan secara tidak langsung. Maksud tidak langsung disini adalah digunakannya pereaksi berlebih pada sampel. Nah dengan adanya pereaksi berlebih ini, maka sample akan membuat suatu senyawa yang dapat dilakukan penentuan kadarnya dengan menggunakan teknik titrasi disini. 
    Hal yang harus diingat disini adalah pereaksi berlebih benar - benar harus berlebih agar sample semuanya bereaksi ( tidak ada yang tersisa ), dan pereaksi berlebih tidak harus terukur ( tidak terlalu teliti pengukurannya / bisa menggunakan gelas ukur atau pipet ukur) karena pereaksi berlebih disini hanya berfungsi supaya sample seluruhnya bereaksi dan membentuk senyawa yang diinginkan. Sehingga jikalau pun berlebih dan ada sisa, pereaksi tersebut tidak akan mempengaruhi titrasi. Mengapa hal tersebut harus diperhatikan? Karena dalam melakukan sebuah analisis, kita harus dapat memilih alat gelas yang cocok dalam melakukan suatu analisis sehingga mempermudah pekerjaan kita, dan tidak waste time maupun melakukan hal yang sebenarnya tidak harus kuantitatif. 

    Rumus yang umumnya dipakai dalam titrasi ini adalah

Ek sample = Ek hasil reaksi = Ek titer

3. Titrasi Balik ( Back Titration )

     Maksudnya bukan titrasi dengan kebalik yaaa (lewat punggung).. wkwk. 
     Titrasi balik juga menggunakan pereaksi berlebih dalam titrasi nya hanya saja bedanya pereaksi berlebih yang digunakan harus terukur (menggunakan pipet seukuran ). Ini dikarenakan sisa dari pereaksi berlebih akan dititrasi. Thats the point! Bukan sample maupun hasil reaksi yang akan dititrasi tapi pereaksi yang berlebih lah yang akan dititrasi, sehingga haruslah pereaksi berlebih yang digunakan terukur karena akan dihitung berapa banyak pereaksi berlebih yang bereaksi dengan titer ( larutan di dalam buret ). Jadi nanti didalem erlenmeyer tuh ada sample yang habis bereaksi dengan pereaksi berlebih dan sisa pereaksi berlebih yang ada.
     Lalu bagaimana cara menghitung analit yang ada didalam sampel ? Kan yang kita tahu hanya ek dari sisa pereaksi berlebih yang tidak bereaksi dengan sample.. Nah gini nih caranya yaitu dengan cara kita juga melakukan titrasi blanko.
     Titrasi blanko adalah titrasi yang dilakukan kepada semua reagent yang ada kecuali sample. Jadi yang dititrasi itu hanya reagent - reagent  yang digunakan pada titrasi termasuk pereaksi berlebih. Logikanya, pereaksi berlebih ini terukur (kuantitatif) dan tidak ada yang bereaksi dengan sample, sehingga ketika dilakukannya titrasi pada blanko ini, hasil yang didapat adalah murni ek atau mol dari pereaksi berlebih. Sedangkan ketika pada sample ek atau mol hasil titrasi adalah sisa pereaksi yang tidak bereaksi dengan sample (karena sample sudah habis bereaksi) dan sisanya tersebut bereaksi dengan titer ( larutan dalam buret). 

Sehingga untuk menghitung analit yang ada didalam sample dengan cara:

Ek sample = Ek titrasi blanko - Ek titrasi sisa

Nah biar gampang ngapalinnya, gini aja deh. Titrasi kebalik itu titrasi yang kebalik dimana harusnya sample yang dititrasi, eh ini malah sisanya yang dititrasi hahaha..
Contoh dari titrasi ini adalah titrasi pada penentuan kadar karbohidrat metode luff schoorl, ntar kapan - kapan kita bahas luff schoorl yaaa..

Nah sekian penjelasan dari saya, semoga membantu ya dan dapat dipahami juga. Kalo mau recomend artikel tinggal buka link QnA aja ya, ntar comment disitu mau apa yang akan selanjutnya dibahas nih.. Makasih yaaa :) 

1 comment:

  1. Masih kurang paham... Saran nya sih kalo bisa dibuat contoh sehingga, kata "pereaksi" "sampel" jadi lebih mudah dimengerti kalau ada contoh bahannya. Terimakasih btw!

    ReplyDelete

Harap menggunakan bahasa yang sopan